Mata Uang Kebaikan

  • Whatsapp

Kriiiing..Kriiing..

Bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa bergegas keluar kelas dan berhamburan menuju kantin sekolah. Ibu-ibu kantin mulai tersenyum lebar karena melihat siswa-siswi bak sedang mengantarkan pundi-pundi rupiah ke dompet mereka.

Kantin sekolah terdiri dari berbagai stand yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman. Semua siswa bebas memilih dan membayarnya dengan harga terjangkau.
Di sudut kelas 9, seorang perempuan mengeluarkan bekal makan yang disiapkan ibunya sedari subuh.
Tiba-tiba..

“Ayu, bawa bekal lagi?”, Ucap Rere mengejutkan
“Iya, Re”, Jawab Ayu
“Ayu kamu bawa bekal terus memangnya orang tuamu ga memberimu uang saku?”, Ejek Rere.
“Yah, Ayu kok ga pernah jajan di kantin sih?” Tambah yang lain dengan tatapan mengejek sambil berlalu meninggalkan Ayu seorang diri”

Suasana kelas jadi sunyi. Semua berbondong-bondong ke kantin kecuali Ayu. Ia merasa bekal yang disiapkan ibunya menjadi bukti cinta seorang ibu pada anaknya, itulah yang membuat Ayu ingin dibawakan bekal setiap hari.

“Ah, lagian masakan Ibuku lebih enak dari jajajan di kantin”, Ucap Ayu dalam hati
Ayu membuka bekalnya dengan semangat dan memakannya dengan lahap.

“Hey, Ayu. Wah bawa bekal apa kamu hari ini?”, Ucap Sofyan sambil menarik kursi.
“Sofyan, yuk makan!”, Ucap Ayu basa-basi.
“Nanti sore kamu ada kegiatan apa, Ayu? Bolehkah aku mengajakmu nonton pertandingan basket di selasar sekolah?”
“Wah, terimakasih ajakannya Sofyan aku harus bantu ibuku menjaga adik.” Tolak Ayu dengan halus
Baiklah” Ucap Sofyan singkat.

Ayu dipandang sebagai siswi yang pandai dan disiplin. Ia selalu datang di sekolah sebelum bel masuk berbunyi. Ayu tidak pernah abai dengan tugas-tugasnya, mengerjakan PR dengan baik, selalu menjadi siswi teladan dan berprestasi di banyak hal. Saat proses belajar berlangsung pun, Ayu juga selalu menjadi sorotan karena ia terhitung sebagai siswi yang aktif dan memiliki semangat yang tinggi.

Hari berganti esok,
Ayu datang ke sekolah dengan mengayuh sepeda bututnya setiap hari. Ia mengayuh sepeda dari rumah ke sekolah hampir selama 30 menit. Ayu tidak mau merepotkan siapapun termasuk orangtuanya, selama ia bisa lakukan semua sendiri maka ia akan melakukannya.

Hari-hari menuju ujian akhir semakin dekat dan siswa siswi semakin rajin belajar. Pembelajaran di sekolah semakin padat, jadwal bimbingan tambahan mulai bertengger di jam-jam pulang sekolah, perpustakaan sekolah makin dipenuhi siswa-siswi yang ingin lebih banyak baca buku, kelompok-kelompok belajar mulai dibentuk.
Sebagaimana biasa, Ayu rajin membawa bekal ke sekolah.

Ibunya selalu menyiapkan untuk Ayu agar ia lebih berhemat dan fokus belajar. Bekal hari ini adalah tempe goreng dan sayur sop, makanan kesukaan Ayu. Ia segera membuka bekalnya dan dengan lahap menyantap bekal hari itu bersama Sofyan.

Rere tak henti-hentinya mengejek Ayu karena dianggap miskin dan tidak mampu jajan di kantin. Rere adalah salah satu orang yang iri karena merasa Ayu selalu mendapat perhatian dari orang-orang yang ada di sekolah termasuk guru dan teman-temannya.
Ayu lagi-lagi tidak mengindahkan ejekan itu. Ia berpikir tidak semua hal buruk harus dibalas dengan keburukan. Adakalanya kita harus diam dan terus berbuat kebaikan, Ayu tidak perlu menjelaskan apapun kepada mereka tentang diri Ayu dan keluarganya.

Ia semakin rajin belajar dan mengajak lebih banyak teman untuk mempersiapkan ujian akhir. Ia membentuk kelompok belajar dan berkumpul setiap hari untuk mengerjakan latihan-latihan soal. Ia tak memperdulikan ejekan apapun karena ia tahu ejekan itu hanya akan menjatuhkannya.

Hari ke hari, kelompok belajar Ayu semakin besar. Teman-teman semakin antusias untuk belajar kecuali Rere dan teman-temannya.
Sampai tibalah hari dimana ujian akhir berlangsung. Semua siswa siswi mengerjakan ujian akhir dengan khidmat. Bu Retno sebagai penjaga ruangan memantau satu persatu siswa dan siswi dengan teliti.

Ayu, alhamdulillah ujian tadi berjalan dengan lancar.”, ucap Sofyan setelah ujian selesai.

“alhamdulillah, berkat pertolongan Allah Sofyan dan hasil belajar kita selama beberapa waktu belakangan”, Ucap Ayu.

Sementara teman-teman yang lain juga turut bernafas lega karena ujian akhir berjalan dengan baik, soal-soal yang diujikan tak berbeda jauh dengan yang pernah mereka bahas di kelompok belajar. Mereka berterimakasih kepada Ayu karena sudah mengajak untuk belajar bersama.
Hari terus berganti.

Hasil ujian akan segera diumumkan dalam minggu ini bersamaan dengan pelepasan siswa-siswi SMP 1 Raya.

Semua siswa siswi kelas 9 datang bersama orangtuanya, termasuk Ayu. Acara berjalan dengan khidmat. Bapak ibu mengenakan batik coklat yang membuat tampak terlihat elegan, tim paduan suara melantunkan lagu-lagu yang menambah suasana haru, Ayu dan teman-temannya berbahagia mengenakan toga hari ini.

Ayu sebagaimana prediksi kebanyakan orang dan dari riwayat belajarnya selama di SMP 1 Raya, ia menjadi siswi dengan nilai terbaik.
Sambutan-sambutan disampaikan secara runut mulai dari Kepala Sekolah hingga Ketua Yayasan. Betapa sangat terkejutnya Rere dan teman-temannya ketika yang menyampaikan sambutan sebagai ketua yayasan adalah ayah Ayu.

Ayu yang selama ini dianggap miskin dan tidak mampu bergaya hidup mewah ternyata adalah anak dari orang terpandang, anak dari ketua Yayasan. Rere sangat malu dan menyesali perbuatannya selama ini. Rere malu karena mengingat perbuatannya yang sering menyakiti dan meremehkan Ayu, sementara Ayu sama sekali tidak membalas dengan keburukan yang sama.

Ayu tidak pernah bersembunyi dibalik nama besar ayahnya, ia selalu rendah hati dan bergaya dengan apa adanya. Kerendahan hati dan kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil yang membanggakan.

Ayu berhasil membawa nama baik nya sebagai siswa dengan nilai terbaik tanpa memanfaatkan nama besar ayahnya.
Gemuruh tepuk tangan bersahutan saat ayah Ayu memanggil putri kesayangannya naik ke atas panggung. Para undangan berdiri dan turut bangga dengan pencapaian Ayu yang luar biasa.

Kejutan datang dari belakang panggung, ketika satu persatu anak membawa bunga mawar merah dan putih sembari menyanyikan lagu laskar pelangi, lagu yang sering dinyanyikan Ayu saat mengayuh sepedanya ke sekolah.

Anak-anak kecil itu adalah anak jalanan yang dikumpulkan Ayu untuk belajar bersama; membaca, menulis, berkebun dan kegiatan bermanfaat lain di setiap hari sepulang sekolah. Mereka dengan tulus memberi selamat kepada Ayu yang tidak hanya cantik rupa namun juga budi dan akhlaknya.

Pelajaran hidup yang sangat berharga untuk semuanya. Bahwa sehebat apapun orangtua mu maka janganlah kamu berpuas diri dan enggan berusaha dengan jerih payahmu sendiri, kebaikan adalah mata uang yang berlaku di belahan dunia manapun. Ayu telah mengajarkan kepada kita bahwa apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai.

Pos terkait