Kunci Komunikasi Bisnis Menurut Ketua Umum Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi

Denpasar – Di era digital dan di masa pendemi Covid-19 dimana komunikasi dengan perangkat seluler dan media sosial menjadi penting, maka diperlukan cara efektif untuk melakukan personal branding dan memasarkan produk secara online untuk mendapat keuntungan yang berlipat.

Ketua Umum Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi (IDIK) UNPAD, Dr. Pitoyo, SS, M.IKom, menyampaikan strategi komunikasi bisnis di era pandemi, pada Webinar CSM Communications Stake Holder’s Meeting dengan tema “Membangun Media Komunikasi Bisnis di Media Online Era Pandemi”, Minggu 26 September 2021.

Acara yang digagas oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi dan Penerangan Agama, Fakultas Dharma Duta, Universitas Hindu Negeri IGBS, Denpasar ini dibuka oleh Wakil Rektor I Prof Dr. I Made Surada, MA. Diikuti oleh lebih dari 200 partisipant, mahasiswa dan dosen Universitas Hindu Negeri IGBS.

Prof Dr I Made Surada dalam sambutannya sebagai keynote speaker mengatakan, di era Pandemi Covid-19 ini komunikasi dengan menggunakan media digital berkembang pesat. Masyarakat meski harus diakui agak gagap dengan pola komunikasi yang mendadak harus dilakukan dengan secara virtual ini. Komunikasi tatap muka menjadi dihindari, dan mulut harus ditutup dengan masker, serta menjaga jarak. Komunikasi virtual ini pun menjadi media komunikasi yang utama.

Namun sangat disayangkan, lanjut Prof Dr I Made Surada, banyak sekali postingan di media sosial yang kurang produktif, dan kebanyakan bersifat untuk pencitraan, bahkan tidak sedikit yang curhat di media sosial. Media sosial seharusnya digunakan untuk kepentingan yang produktif dan kreatif sehingga meningkatkan citra diri.

“Misalnya memposting foto berpelukan dengan neneknya, memberi kesan akrab dengan neneknya, padahal realitas bisa jadi bertemu dengan neneknya sangat jarang. Bahkan ada yang curhat mungkin lagi berantem dengan istri atau dengan teman diunggah di media sosial,” jelas Wakil Rektor 1 Universitas Hindu Negeri.

Dr Pitoyo, SS, M.IKom, yang menjadi pembicara pertama mengatakan, milenial mewakili 50 persen tenaga kerja di seluruh dunia. Mereka ini diproyeksikan mewakili 75 persen angkatan kerja di tahun 2025. Dan generasi milenial ini sangat akrab dengan seluler dan media digital, sehingga dikenal juga dengan sebutan digital native atau penduduk digital.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Smarp.com, bahwa generasi milenial ini 77 persen saat bekerja selalu berdekatan dengan telepon seluler. Sebanyak 87 persen kalangan milenial saat bekerja berkomunikasi dengan menggunakan media digital. Ini menunjukkan bahwa di era media digital dan saat pendemi ini, telepon seluler atau smartphone menjadi media utama untuk menunjang produktivitas kerja.

“Sejak ada Covid-19, semua pekerjaan dibebankan pada alat komunikasi, karena meeting offline sudah ditidakan, dan komunikasi dengan teman sekerja menjadi komunikasi jarak jauh setelah ada work from home,” jelas Dr Pitoyo.

Dengan adanya media sosial, lanjut Dr. Pitoyo, peluang untuk mengkomunikasi bisnis apapun menjadi lebih besar. Pasalnya, semua mata tertuju pada media sosial. Sangat disayangkan bila media sosial hanya untuk keperluan yang sifatnya remeh temeh, tidak digunakan untuk hal yang produktif, misalnya mengunggah produk produk hasil karya sendiri untuk dipasarkan melalui media sosial.

Menurut Dr Pitoyo, model bisnis di era pandemi Covid-19 ini sudah berubah drastis, orang yang punya niat usaha, tidak perlu harus memikirkan modal lagi, apalagi tempat usaha, apalagi tenaga kerja. Pemilik perangkat smarphone yang kreatif akan dapat memasarkan produk milik orang lain dalam bentuk kolaborasi usaha. Produk tersebut difoto atau divideo dan diedit dan diberi keterangan yang menarik, lalu diunggah ke media sosial, akan menjadi bisnis baru yang menguntungkan.

“Jadi berfikirnya sederhana saja, pelajari cara mengambilan gambar atau video secara menarik, lalu pasarkan. Tinggal tunggu tidak seberapa lama konsumen akan menghubungi untuk membeli,” ungkap Dr. Pitoyo.

Hanya saja, Dr Pitoyo, menambahkan, sebelum masuk ke media sosial untuk memasarkan produk, kenali dulu cara memasarkan produk di media sosial. Mengunduh aplikasi di media sosial juga perlu hati hati, pahami terlebih dahulu perintah dari pemilik aplikasinya, dan perlu ekstra hati hati dalam membaca aturannya, jangan terburu buru setuju.

“Jangan pula terburu untuk meng-upload data pribadi berupa KTP, NPWP, No rekening Bank, apalagi PIN atau password. Karena itu usahakan aturan di aplikasi diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, agar paham dan dimenegrti baru disetuji bila tidak membahayakan,” jelas Dr Pitoyo.

Menurut Dr. Pitoyo yang juga Business Develompent Tribunnews.com ini, setiap aplikasi pasti menjadi sasaran para peretas yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu, sebelum mengunggah data pribadi untuk pentingan komunikasi bisnis, maka perhatikan dulu secara seksama. Hampir semua media sosial, pernah mengalami kebocoran data pribadi, baik Facebook, Instagram, bahkan Twitter.

Setelah memahami aturan dari media sosial untuk komunikasi bsinis, maka unggahlah produk dengan desain yang menarik. Satu hal yang perlu diperhatikan yakni, buatlah tayangan sejujurnya, jangan menipu konsumen. Karena konsumen yang tertipu akan segera membuat komentar yang kesal dan akan dibanyak oleh banyak orang, sehingga berpotensi merusak citra diri pemilik produk.

Selain itu, kata Dr Pitoyo, seringlah memberi ide kepada publik di media sosial. Semakin banyak memberi ide di media sosial maka semakin banyak pengikut (follower) di media sosial. Artinya, berpotensi menghasilkan uang dalam jumlah besar. Jadi prinsipnya siapa memberi dia akan menerima.

Masih berdasar survey Smarp, 87 persen orang lebih suka melihat video. Karena itu, setiap produk yang diunggah, baik berupa barang atau jasa, perlu ditampilkan dalam bentuk video. Video tutorial berbagai hal yang positif akan memberi manfaat banyak orang, sehingga mengundang orang untuk datang mengunjungi akun video di youtube.

“Skill apa saja, asal memiliki dampak positif dan dikemas secara kreatif, maka akan mengundang orang untuk melihatnya. Nah, ini berarti akan mendatangkan uang juga,” ungakp Dr. Pitoyo.

Dr. I Dewa Ayu Hendrawathy Putri, S.Sos, M.Si, Ketua Prodi Magister Ilmu Komunikasi Hindu UHN IGBS, Denpasar, mengatakan komunikasi bisnis memiliki peran dominan untuk mengemabngkan bisnis di era Covid-19. Dalam komunikasi bisnis diperlukan kemampuan untuk berkomunikasi pemasaran yang andal, dengan berbasiskan pada skil personal yang mumpuni.

“Apa saja hasil produk baik berupa barang dan jasa perlu dikomunikasikan, agar semakin luas pasarnya,” jelasnya.

Dr Ayu, demikian alumnus doktor ilmu komunikasi UNPAD ini biasa dipanggil. Ada peluang besar yang hadir di tengah musibah Covid-19 yang terjadi, yakni semua orang memasarkan produknya tidak lai melalui tatap muka, atau menunggu wisatawan datang ke Bali, namun pemilik produk dapat memasarkan produknya melalaui jaringan media sosial, sehingga produknya dapat dilihat oleh orang seantero bumi ini.

Acara yang diandu moderator Ni Putu Sintia Meita Dewi ini berlangsung menarik berlangsung hampir 3 jam, dan partispan dengan semangat untuk ikut bertanya di chat room, baik kepada Dr Pitoyo, maupun Dr Ayu. Pada sesi tanya jawab, banyak yang menanyakan bagiaman mengkomunikasikan bisnis dari produk pariwisata yang terkena dampak langsung saat pandemi Covid-19 ini.

Dr Pitoyo merespon dengan mengatakan semua terdampak Covid-19, namun pariwisata memang paling merasakan dampaknya karena selalu mengharapkan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Namun, produk pariwisata berupa barang masih bisa dikomunikasi kepada publik di media sosial.

“Nah saat ini PPKM sudah dilonggarkan, saatnya komunikasi bisnis pariwisata digencarkan,” jelas Dr. Ayu, mengakhiri sesi tanya jawab.

Pos terkait

banner 468x60