Lapak Baca Lumajang, Upaya Mengatasi Krisis Baca di Lumajang

Minat baca di Kabupaten Lumajang tergolong minim. Tidak heran di Lumajang jarang sekali ditemui penulis-penulis hebat atau kalaupun ada jumlahnya hanya satuan. Secara umum memang Indonesia dari data yang di publish oleh UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, asrtinya minat baca sangat rendah. UNESCO mengatakan minat baca di Indonesia sangat mengkhawatirkan hanya 0,001%. Artinya dari 1000 orang Indonesia, cuma satu orang yang rajin membaca.

Memang ironi melihat data fakta diatas tapi apakah kita hanya berdiam dan pasrah. Apalagi kita semua tahu bahwa Indonesia akan tiba pada masa puncaknya di 2045 (Indonesia Emas 2045). Inilah keresahan kita bersama, terlebih penulis juga merasakan keresahan tersebut. Rasa-rasanya penulis pesimistis akan tibanya Indonesia Emas 2045.

Lumajang, banyak yang menyebut sebagai kota pisang. Di Lumajang sendiri seperti yang sudah penulis sampaikan diatas juga mengalami krisis baca yang tinggi. Terlebih IPM (Indeks Pembangunan Manusia) di Kabupaten Lumajang berada di urutan ke empat terbawah dari seluruh Kabupaten yang ada di Jawa Timur.

Karena hal diatas muncul komunitas baru yang consen di dunia pendidikan non-formal khususnya yang berhubungan dengan dunia literasi. Komunitas ini bernama Lapak Baca Lumajang yang di inisiatori oleh Hafid Frian bersama istrinya. Sederhana komunitas yang terlahir secara otentik ini berkegiatan setiap hari minggu di Alun-alun Kabupaten Lumajang. Kegiatannya sangat menarik mulai dari menyediakan bahan buku bacaan bervariasi dan gratis, kemudian dilanjutkan dengan sharing-sharing oleh setiap pembacanya menjadi ciri khas komunitas Lapak Baca Lumajang.

Lapak Baca Lumajang memulai kegiataanya pada hari minggu pukul 07.00 samapai selesai. Beraneka usia datang ketika Lapak Baca Lumajang sudah menggelar buku-buku. Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak terlihat khidmat dengan adanya Lapak Baca Lumajang ini.

Penulis mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh warga sipil Lumajang guna mendorong budaya membaca yang ada di Kabupaten Lumajang meningkat. Setidaknya langkah kecil yang dimulai pasti bisa berdampak untuk masyarakat Lumajang.

Budaya membaca memnag harus menjadi fokus utama Pemerintah Kabupaten Lumajang. Dengan membaca kita bisa berkeliling dunia. Penulis ingat apa yang disampaikan Cendikiawan Muslim Al-Ghazali, jika kita terlahir bukan dari seorang anak raja dan ulama besar maka jadilah penulis. Mungkin terasa diera sekarang jika kita bukan anak presiden di negara konoha maka jangan berharap kita menjadi pemimpin partai dan wakil presiden, sekedar intermezzo dari penulis.

Membaca dan menulis ibaratnya adalah dua sisi mata uang yang artinya saling berkaitan. Maka dari itu jika kita rajin membaca maka akan berdampak menjadi penulis. Buta terburuk adalah buta literasi. Inilah pentingnya membaca terkhusus bagi khalayak Lumajang. Semoga kegiatan yang dilakukan oleh Lapak Baca Lumajang ini mendapat atensi khusus oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang agar kegiatan positiv ini terus berjalan dan menjadi habit yang besar sebagai upaya peningkatan daya baca yang ada di Kabupupaten Lumajang.

Pos terkait

banner 468x60