Trial of The Chicago 7: Dialog Panjang Ketidakadilan

Trial of The Chicago 7: Dialog Panjang Ketidakadilan
Sumber Gambar: www.tvinsider.com

Aksi protes terhadap putusan kelas berkuasa dari masa ke masa selalu ada. Sebagai puncak amarah, mereka akan turun ke jalan dengan berteriak lantang melalui pengeras suara; ada yang menyerukan reformasi, ada yang berteriak revolusi. Masing-masing membawa gagasannya sendiri dan membentuk kolektifnya secara mandiri. Hal serupa terjadi di Chicago pada 1968 silam.

Konon, para pemenang menulis sejarah, sementara komedi ditulis oleh mereka yang kalah. Tetapi, film menunjukkan keduanya; bagaimana caranya menang, kenapa mereka kalah. Di film Trial of The Chicago 7, Aaron Sorkin juga berusaha menunjukannya. Ia mengemas sejarah yang konfliknya terbaca utuh. Tentu saja kita bisa menyimpulkan ini setelah selesai menontonnya. Lantaran, Aaron Sorkin punya ciri khas dialog antar karakter yang cepat dan monolog panjang.

Layaknya film sejarah lainnya, Aaron Sorkin juga membukanya dengan arsip sejarah masa itu. Rekaman pidato Presiden Johnson yang mengumumkan jumlah pasukan tempur ditambah. Peningkatan jumlah wajib militer tidak lain untuk penjagaan ketat Konvensi Nasional Partai Demokrat. Partai Demokrat melakukan aksi demonstrasi lantaran Humphrey gagal melawan Nixon dalam pemilihan presiden.

Nyaris selama dua jam, film ini fokus pada sidang Amerika Serikat vs David Dellinger, dkk. Amerika Serikat menuding tiga kelompok pemuda sayap kiri telah melakukan konspirasi. Tiga kelompok itu yakni Students for a Democratic Society (SDS), Youth International Party (Yippies), dan Mobilization to End the War in Vietnam (The Mobe). Dalam sidang yang sama, Ketua Black Panther Party Bobby Seale dituduh melakukan pembunuhan seorang polisi di Connecticut.

Amerika Serikat menggunakan UU Rap Brown mengenai konspirasi melintasi batas negara bagian untuk memicu kekerasan, dengan ancaman maksimal sepuluh tahun. Amerika Serikat menuntut para pentolan dari tiga kelompok tersebut, yakni Abbie Hoffman, Tom Hayden, Jerry Rubin, David Dellinger, Rennie Davis, Lee Weiner, dan John Froines.

Pengadilan Politik

Sejak awal, Richard Schultz menganggap bahwa tiga kelompok tersebut tidak bisa digugat dengan dalih konspirasi. Pertimbangannya, sebagian dari mereka tidak pernah bertemu. Bahkan, ia makin ragu ketika nama Bobby Seale disebut. Pasalnya, UU Rap Brown yang dibuat oleh kulit putih itu berdampak pada pembatasan hak bicara aktivis kulit hitam. Sehingga, membuat Amerika Serikat nampak jelas melakukan diskriminasi.

Dalam persidangan, Jaksa Federal Richard Schultz menjadi jaksa utama untuk Amerika Serikat sementara William Kunstler sebagai pengacara tim pembela. Sedangkan Bobby Seale yang tidak diwakili oleh pengacara selalu meminta hak bicaranya. Sehingga, oleh hakim nyaris selalu ditolak. Bobby Seale pun mengungkapkan, bahwa dirinya ditangkap bukan karena perbuatannya, tetapi agar tiga kelompok sayap kiri ini semakin terlihat seram.

Salah satu terdakwa, Abbie Hoffman berkali-kali mengingatkan pengacaranya bahwa sidang tersebut merupakan pengadilan politik. Lantaran, menurut Abbie, terdakwa sampai pada alur persidangan sudah dirancang oleh penguasa. Kendati demikian, Kunstler membantahnya, ia meyakini hanya ada dua peradilan, yakni perdata dan pidana. Namun, kronologis dari penangkapan mereka menggambarkan apa yang dikatakan Abbie.

Bahkan, Abbie sempat berdebat dengan Tom, bahwa mereka ditangkap bukan karena perbuatan mereka, tetapi identitas dan ide yang dibawa. Abbie menganggap, mereka bukan ditangkap namun dipilih. Setelah melalui banyak sidang, Kunstler baru menyadari saksi kunci dari tragedi ini adalah Jaksa Agung yang mengundurkan diri dari jabatannya, Ramsey Clark.

Dengan berbagai upaya, Kunstler berhasil membawa Ramsey ke dalam ruang sidang, dengan tawaran voir dire. Dalam kesaksiannya, Ramsey berkata bahwa Presiden Johnson meminta ia untuk menggugat tiga kelompok tersebut. Namun, dengan fakta yang didapat dari Divisi Kriminal bahwa dalang kerusuhan adalah aparat kepolisian, ia menolak. Mendengar itu, riuh di ruang sidang menggema.

Menonton Trial of The Chicago 7 mengingatkan saya pada peristiwa Haymarket. “Kalian tidak dihukum sebagai pelempar bom dalam kasus Haymarket, tapi karena kalian adalah anarkis.” Aaron Sorkin menunjukkan bahwa hal semacam ini, kerap diulang dari masa ke masa. Sehingga, nampak betul bahwa tirani kerap mengulang kecerobohan yang sama. Akhirnya, hal yang bisa dilakukan adalah bersembunyi dari lemparan batu yang mereka bawa sendiri.

Perempuan dalam Unjuk Rasa

Dengan durasi film yang panjang, Aaron Sorkin juga menyelipkan adegan demonstran perempuan yang mendapatkan kekerasan seksual. Baik secara verbal maupun non verbal. Kekerasan tersebut terjadi saat rombongan Abbie Hoffman menuju ke Gedung Kepolisian Chicago, meminta agar Tom Hayden dibebaskan.

Saat itu, perempuan yang duduk di bahu demonstran lain sembari membawa bendera Amerika Serikat, diteriaki oleh beberapa demonstran laki-laki. Mereka menyuruh demonstran perempuan menurunkan benderanya dan pergi ke dapur untuk memasak roti. Jerry Rubin yang mendengar itu, langsung meminta izin kepada Abbie untuk mengurusnya. Tetapi, Abbie menolaknya, ia sebut pelaku kekerasan seksual bukan musuhnya.

Tidak berselang lama, aksi unjuk rasa mulai ricuh, demonstran tersebut kembali melancarkan tindakan biadabnya. Mereka memaksa demonstran perempuan untuk turun, dengan menarik bendera dan tubuhnya. Setelah ia terjatuh, mereka merobek bajunya dan membuat ia nyaris telanjang. Jerry kemudian lari dan menyingkirikan mereka dengan melemparkan pukulan. Usai pelaku lari, Jerry menutup tubuh demonstran perempuan dengan kemejanya.

Namun, belum selesai Jerry membantu demonstran perempuan ke pos P3K, ia ditodong pistol dan ditangkap. Adegan yang sangat menyulut emosi ini, oleh Aaron Sorkin tidak dijelaskan lebih lanjut, bagaimana nasib demonstran perempuan yang malang tersebut. Hal memuakkan yang kerap kita temui saat turun ke jalan, perempuan seringkali mendapat posisi yang terdegradasi. Sementara pelaku kekerasan seksual dapat hidup tenang, saat penyintas berusaha untuk merawat hidup yang ingatannya hampir membuatnya sekarat.

Ironi ini menjadi salah satu alasan kenapa kampanye hari anti kekerasan terhadap perempuan harus tetap digaungkan. Sehingga, gagasan anti kekerasan seksual; harus ada, berlipat ganda dan mengudara. Agar yang terdengar dari perempuan adalah suara lantangnya, bukan tangisan yang menggema.

Judul Film      : Trial of The Chicago 7
Tahun               : 2020
Sutradara       : Aaron Sorkin
Penulis            : Aaron Sorkin
Produksi         : Cross Creek Pictures

Pos terkait

banner 468x60