Beberapa waktu ini, media sosial dihebohkan dengan perbincangan terkait prosesi wisuda untuk kelulusan anak Taman Kanak kanak (TK), SD, SMP, SMA. Sebagian orang tua murid mengeluh dengan prosesi tersebut karena keikutsertaan dalam kegiatan tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit. Wisuda adalah perayaan yang dilakukan oleh sesesorang ketika telah menyelesaikan Pendidikan di perguruan tinggi. Pada mulanya, wisuda hanya dilakukan untuk menandai kelulusan mahasiswa sarjana maupun paska sarjana. Seiring perkembangan jaman, Wisuda mengalami pergeseran makna menjadi ajang perpisahan bagi siswa pada di tingkat TK, sekolah dasar, menengah bahkan pada Pendidikan non formal seperti TPQ. Perpisahan siswa tersebut juga mengenakan atribut seperti toga dan jubah layaknya seorang mahasiswa yang telah lulus dari perguruan tinggi.
Asal Mula Tradisi Wisuda
Tradisi tersebut bermula dari Universitas Al-Qarawiyyin, juga dikenal sebagai Universitas Al Quaraouiyine atau Al-Karaouine, adalah salah satu universitas tertua yang masih beroperasi hingga saat ini. Universitas ini terletak di kota Fes, Maroko, dan memiliki sejarah yang kaya dalam pengembangan pendidikan dan pengetahuan di dunia Islam. Universitas Al-Qarawiyyin adalah universitas pertama di dunia yang didirikan pada tahun 859. Sebagai salah satu universitas tertua di dunia, Universitas Al-Qarawiyyin memiliki tradisi dan prosedur yang unik dalam acara wisuda mereka. Acara wisuda di Universitas Al-Qarawiyyin diadakan secara tahunan untuk memperingati para mahasiswa yang telah menyelesaikan studi mereka dan meraih gelar akademik. Para mahasiswa dari Eropa yang telah lulus dari universitas tersebut ketika mereka Kembali ke negara asal biasanya mengenakan thawb atau jubah. Hal tersebut menandakan mahasiswa tersebut mereka merupakan lulusan dari Universitas Al-Qarawiyyin. Jack Goody dalam bukunya yang berjudul “Islam in Europe” menyebutkan bahwa Busana Arab (Thawb) merupakan tanda yang paling murni dan paling jelas dari integritas akademik sampai hari ini, khususnya pada penyelenggaraan acara-acara akademik, seperti debat tentang tesis dan upacara kelulusan. Seiring perkembangan jaman, Sub-fusc (jubah) telah menjadi pakaian dalam perayaan wisuda. Inilah mengapa ketika kita lulus dari universitas hari ini, kita memakai gaun yang dikenal sebagai subfusc yang sangat mirip dengan thawb. Tradisi lainnya adalah penggunaan toga. Tradisi penggunaan toga juga berasal dari Universitas Al-Qarawiyyin. Seorang yang telah dianggap lulus dari universitas tersebut akan diberikan surban. Para ulama di sana meletakkan Al-Qur’an di atas surban untuk melambangkan keutamaan Kitab Suci di atas akal.

Sementara Rumbai di bagian belakang toga adalah untuk menandai halaman-halaman Alquran. Tradisi wisuda di Eropa sendiri baru dimulai pada abad 12. Tradisi tersebut terinspirasi pada prosesi wisuda di Universitas Al-Qarawiyyin. Tradisi tersebut dibawa oleh lulusan dari Universitas tersebut yang kemudian mendirikan universitas di daratan Eropa. Seiring perkembangan jaman thawb/jubah kini telah menjadi subfusc. Dan toga mengantikan fungsi dari surban. Bahkan tiap Universitas memiliki bentuk subfusc dan toga yang khas.
Perlukan Wisuda untuk Kelulusan Anak Sekolah Dasar dan Menengah?
Melihat filosofi wisuda sebenarnya tidak diperlukan untuk menggelar wisuda untuk anak sekolah dasar. Seseorang dikatakan telah lulus perkuliahan bila telah mengikuti sidang yudisium atau seminar hasil sedangkan wisuda hanya bersifat seremonial saja sehingga bukan menjadi kewajiban bagi seluruh siswa. Bila dianalogikan pada siswa telah melakukan ujian sekolah sehingga wisuda menjadi tidak wajib bagi mereka. Dalam dunia Pendidikan tinggi kita mengenal wisuda in absentia. Istilah tersebut digunakan untuk mengkukuhkan kelulusan tanpa dihadiri secara fisik dari mahasiswa yang akan di wisuda sehingga pihak sekolah tidak dibenarkan mewajibkan siswanya untuk mengikuti acara wisuda. Pelaksanaan wisuda untuk perpisahan siswa memberatkan bagi orang tua siswa karena mereka harus menyediakan jubah dan toga untuk anak mereka. Para orang tua merasa keberatan atas kebijakan tersebut karena setelah proses seromonial kelulusan tersebut mereka harus mengeluarkan uang kembali untuk daftar ulang di tingkat sekolah yang lebih tinggi. Pihak sekolah harusnya lebih mengutamakan kegiatan yang memperkuat academic atmosphere di lingkungan sekolahnya sehingga lulusannya memiliki kualitas yang baik. Acara perpisahan sekolah bisa dilakukan dengan menampilkan kreativitas dari siswa, apresiasi kepada siswa yang membawa harum nama sekolah. Saat ini ditunggu peran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi untuk menghentikan polemik yang terjadi di masyarakat terkait perayaan wisuda oleh anak sekolah dasar dan menengah.