Sejarah mencatat agama langit merupakan agama yang terus menerus muncul pada setiap zaman mulai manusia pertama yang kita kenal dengan zaman Adam sampai akhir dunia kelak. Agama langit kalau boleh disetujui adalah nama lain dari ajaran Ibrahimic yaitu, sosok nabi yang menjadi bapak dari para nabi yang mengajarkan undang-undang dari Tuhan. Agama ibrahimic yang saat ini masih berkembang tiga diantaranya yaitu; agama yahudi, agama nasrani, dan agama islam.
Ada syarat yang harus dipenuhi seseorang betul-betul diakui sebagai nabi, diantaranya yaitu;
Pertama, ia harus mendeklarasikan dirinya sebagai utusan Tuhan dan menjadi wakil Tuhan untuk mengurus umat manusia. Kedua, ia harus bisa menunjukkan wahyu dari Tuhan berupa firman-firman atau kalam-kalam Tuhan yang biasanya tertuang dalam mushaf dan al kitab. Ketiga, ia bisa menunjukkan sesuatu yang luar biasa atau dikenal dengan istilah mukjizat (kemampuan di luar batas manusia biasa) manakala umat manusia memintanya. Keempat, ia memepunyai tugas dan tujuan mulia untuk menjaga kedamaian di muka bumi. Kelima, ia menjadi prototipe ideal dan harus bisa memberikan contoh terbaik dan paling awal menjalani dari seluruh ajaran yang ia sampaikan. Memiliki akhlak paling mulia dari semua manusia lainnya. Jangan sampai ada orang mengaku sebagai nabi mengajarkan ibadah salat dan puasa, tapi dia sendiri jarang atau bahkan tidak pernah melakukannya.
Keenam, ia tidak akan bosan memberikan dakwah (sebagai fungsi pendidik) kepada umat manusia baik dakwah secara pribadi atau membangun majlis-majlis pendidikan sampai akhir hayatnya. Ketujuh, ia menjaga keadilan dan menentang segala bentuk kezaliman serta membangun kekauatan dan peradaban baru untuk melawan kezaliman tersebut. Kedelapan, ia harus menunjukkan bukti untuk menghilangkan kelas dan diskriminasi sosial dalam bentuk apapun. Kesembilan, seorang nabi pasti ingin menjaga ajaran atau wahyu yang ia terima dari masa ke masa, dan untuk melanggengkan ajaran tersebut secara otentik dan orisinil maka dibutuhkan pewaris kenabian. Maka dari itu seorang nabi (melalui petunjuk dari Tuhan) akan memilih penggantinya sebagai pemimpin otoritas pelaksana ajaran dari Tuhannya. Atau, para nabi akan menginformasikan untuk merujuk kepada orang yang memiliki kriteria sebagai seorang pewaris kenabian.
Dengan pemaparan ini, kita akan lebih jernih melihat fenomena keberagaman agama baik agama yang muncul lahir dari kebudayaan manusia (agama bumi) maupun agama murni pewahyuan dari Tuhan (agama langit). Pada dasarnya semua agama akan mengklaim bahwa agama itu adalah agama paling benar. Sebab jika tidak, maka cepat atau lambat agama tersebut akan ditinggalkan oleh pemeluknya. Mana mungkin pemeluknya akan percaya kalau di dalam ajaran agama itu sendiri mengajarkan, mengarahkan, dan membimbing pemeluknya untuk mengikuti nabi lain yang juga mengajarkan agama lainnya. Ini mustahil, kecuali apabila agama-agama yang berbeda itu, secara esensial di level nama dan syariat (tata cara ibadah) tapi sama di level keimanan (ketauhidan), sebenarnya masih merupakan satu rangkaian nubuah dari agama-agama sebelumnya.
Dari sudut pandang cara berpikir seprti ini, kita akan mudah menilai secara hakiki bahwa sebenarnya tidak ada yang bernama agama bumi. Alasannya cukup jelas, karena agama bumi bersifat lokal, setempat, parsial, partikular, dan belum tentu bisa diberlakukan di belahan budaya yang lain. Kalau mau, agama bumi itu dimaknai sebagai agama langit yang membumi. Agama langit kalau dimaknai bahwa agama itu hanya fokus pada urusan akhirat tapi tidak bisa dioperasikan untuk membangun peradaban maka ia telah gagal menjadi sebutan agama langit yang hakiki. Dan juga kalau agama bumi itu dimaknai sebagai agama manusia yang muncul dari nilai-nilai fitri manusia lewat budaya yang bersifat lokal maka ia juga gagal menjadi agama yang hakiki. Jadi agama yang hakiki adalah agama langit yang bisa berlaku dan tidak berbenturan dengan peradaban (kebudayaan) di seluruh muka bumi ini. Agama langit yang membumi adalah agama langit yang bisa diterapkan di seluruh kelompok manusia.
Agama seperti ini tidak akan lekang oleh zaman, tidak akan usang bila dibenturkan oleh pesatnya kemajuan tekhnologi manusia, dan tidak bisa dirobohkan oleh nilai-nilai baru yang muncul di tengah masyarakat nantinya. Sekarang tugas kita adalah mempertanyakan kepada kita sendiri, introspektif, apakah agama yang kita anut sekarang ini sudah benar?