Anakku tidak mengenal sapi di kandang. sapi baginya tidak berbau. aroma arang sate yang pernah ia makan sudah terhapus. Aku tak pernah mengajaknya pulang. Langkah kakinya menuju lain arah. Bukan ke sawah dan pematang
Ia cintai sapi di handphone itu. Ia sepi tak mengenal ayah ibu. Ia bangun rumah rumah baru. Sapi sapi itu membuatnya jumpalitan di lantai, tertawa dan menangis bila baterei tiba tiba mati.
Anakku menulis dan mengaji dengan memencet tombol tombol. Sapi makan. Sapi mandi sapi tidur di kandang memori. Tak ada bau sengak dan ruar garam di tumpuk jerami.
Meski anakku sudah tahu caranya bersin. Ketika pilek, dengkingan batuknya merambatkan perih. Aku hanya bisa memandangi dari jarak puluhan abad, tenggelam bersama sapi sapi berkejaran di sawah sawah.
Tubuh anakku demam dan dingin. Matahari sudah angkat kaki dari rambutnya. Matahari dan sapi di kandang belakang rumah dijagal waktu.
Anakku, Sapi dan Aku
