Kenabian dan Kemanusiaan

Membahas agama, tentu akan berkaitan erat dengan pembahasan siapa manusia pemabawa agama itu. Terlepas dari kategorisasi dengan adanya istilah agama samawi dan ardli, tetap saja bahwa sebuah agama pasti ada orang yang mengawali sebagai pencetus keberadaan agama itu. Orang yang menerima agama dan menyebarkannya dikenal dengan sebutan nabi. Nabi atau manusia yang membawa agama itu tentu dianggap suci dalam segala pemikiran dan perbuatannya. Artinya, seorang nabi atau manusia suci akan terjaga dari kesalahan dalam setiap perilakunya. Karena itu, umat yang mengimani bahwa ia sebagai nabi atau manusia suci akan tunduk dan taat kepadanya.

 

Agama dan kenabian merupakan satu paket, di mana agama itu sebenarnya berada pada satu diri. Maksudnya begini, jika kita mengoreksi kebenaran sebuah ajaran agama, maka itu sama saja dengan mengoreksi kenabian yang menerima atau membawa agama tersebut. Kita tidak akan pernah bisa melihat agama yang datang dengan sendirinya tanpa memastikan bahwa ada sosok manusia yang membawa kabar berita itu dari Tuhan yang menurunkan agama. Jadi bicara agama dan manusianya sebagai penerima wahyu (kenabian) dalam pandangan logika adalah satu dan sama. Sebab, agama adalah nilai-nilai ajaran yang inhern melekat dalam diri pribadi sang nabi.

 

Lebih jauh lagi, jika kita ajukan pertanyaan, “Kenapa harus ada nabi?” Maka argumentasi yang cukup mudah diberikan untuk menjawabnya adalah bahwa alam dan seisinya ini selalu ada yang mengontrol. Dalam kontrol kemanusiaan yang berbentuk agama adalah melalui manusia yang menjadi representasi Tuhan untuk mengejawantahkan seluruh nilai nilai yang akan berlaku demi menjaga keharmonisan, keseimbangan, keberhikmahan manusia. Untuk itu, jika kenabian tidak pernah turun di bumi ini, maka seluruh keadilan Tuhan yang Mahasempurna akan bisa dipertanyakan. Ini tidak bermaksud untuk menggugat keadilanNya, tapi secara filosofis, adanya kenabian merupakan keniscayaan akal di mana Tuhan telah memberikan argumentasi kepada makhlukNya untuk menjaga kelestarian alam dan kemanusiaan.

 

Ada beberapa fungsi kenabian yang bisa kita pelajari dari apa yang telah mereka (para nabi) lakukan. Pertama, mereka bertugas untuk mengajak pada ketauhidan yaitu memurnikan dan mengesakan bahwa Tuhan adalah asal usul segala sesuatu. Dengan itu, manusia selayaknya mengabdi kepada Dia sebagai satu satuNya Tuhan untuk meraih kebahagiaan, dan  mengabdi kepada selainNya adalah kesengsaraan.

 

Kedua, para nabi diturunkan untuk menjaga nilai nilai fitrah kemanusiaan agar tetap pada jalurnya, di mana keadilan menjadi tolok ukurnya. Menghilangkan diskriminasi sosial dan mengangkat persamaan hak dalam keimanan, ketaqwaan, ikhtiar, dll menjadi fokus perjuangan mereka. Para nabi datang untuk menyebarkan perdamaian, cinta, kasih sayang, serta mengangkat harkat dan martabat manusia. Tidak ada nabi yang membawa kabar dari langit dengan semena-mena atas nama wewenang dari Tuhan. Tidak ada Nabi yang melebihkan satu derajat manusia di atas manusia lainnya dalam urusan sosial kemasyarakatan. Bahkan mereka adalah contoh terbaik bagi manusia yang hdup pada zamannya.

 

Ketiga, para Nabi datang sebagai penjelas makna-makna hidup dan mengajarkan bagai mana cara hidup sesesuai dengan aturan aturan dari Tuhan. Untuk itu mereka mendidik, membuat majlis, mencerahkan, membangun kesadaran, memberi pengetahuan, serta mengedukasi masyarakat sekitar dengan harapan kebenaran-kebenaran ajaran itu bisa disebarkan. Sebagai mana kejahatan itu bisa menular dari satu orang ke lainnya, maka begitu pula dengan kebaikan. Maka itu, para nabi menyiapkan figur-figur untuk memasyarakatkan kebenaran ajaran dari Tuhan dengan sistem kaderisasi. Namun begitu, tidak semua para nabi dan rasul memiliki kader sebagai penerus atau penyampai risalah. Bahkan konon dalam riwayat ada nabi yang tidak memiliki umat seorang pun.

 

Keempat, mereka sebagai manusia yang paling tahu Tuhan, agama, kitab suci, dll adalah sebagai perantara Tuhan dan makhluk di bumi. Artinya kebenaran yang dibawa mereka itu mewakili kebenaran Tuhan. Untuk itu, para nabi juga berusaha untuk menegakkan hukum hukum Tuhan. Mana yang boleh dan tidak boleh, baik dan buruk, halal dan haram, serta seluruh kaidah hukum (fiqih) dalam perilaku, pola makan, ritual, sosial kemasyarakatan, perniagaan, dst di mana sanksi dan konsekekuensi yang akan diberlakukan jika hukum Tuhan itu dilanggar. Sebagi manifestasi Tuhan dalam penegakkan hukum-hukumNya, mereka tentu tidak boleh salah atau keliru dalam pengambilan keputusan dalam setiap tindakannya. Sebab, jika para nabi salah dalam penegakan hukum Tuhan, maka kredibelitas Tuhan bisa “tercederai” oleh tindakan nabi yang telah Dia pilih. Nah, dalam hal inilah kesucian atau keterjagaan segala perbuatan nabi itu terjamin dari kesalahan. Namun begitu, kesucian itu bukan berarti tanpa ikhtiar atau usaha dari pribadi sang nabi. Tapi keterjagaan kesucian itu adalah bentuk peraihan mereka dalam kesalehan dan ketaqwaan kepada Tuhan.

 

Dari keempat fungsi dan tugas para nabi itu, jika memungkinkan, mereka akan menata dunia ini sebagai perpanjangan sistem ilahi atau kerajaan Tuhan. Hampir semua nabi dalam perjuangannya menegakkan kalimat Tuhan mengalami pertentangan atau perlawanan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang akhirnya dibunuh karena ajaran-ajarannya meresahkan dan mengganggu stabilitas kekuasaan para penguasa, raja, dan khalifah gadungan yang sebenarnya kekhalifahan itu menjadi otoritas mereka. Karena semua nabi bertugas untuk menata masyarakat baik dalam skala lokal daerah di suatu tempat maupun skala universal seluruh manusia di muka bumi.

 

Maka itu fungsi kenabian yang kelima yaitu, mereka menata dan membangun masyarakat sedemikian rupa dalam hal ekonomi, sosial, hukum, politik, budaya dalam satu sistem pemerintahan ilahiah. Justru menjadi tidak logis jika Tuhan tidak memberikan satu gambaran sistem pemerintahan yang itu menunjukkan bahwa Dia berkuasa di langit dan di bumi. Kontrol Tuhan pada umat manusia itulah yang meniscayakan adanya nabi, agama, kitab suci, dan sistem pemerintahan ilahi. Kalau sekarang bentuk pemerintahan itu belum memungkinkan untuk ditegakkan, bukan berarti Tuhan “gagal” atau “kalah” dalam hal ini. Tapi hal itu adalah sebagai bentuk ujian bagi mereka yang paham menangkap pesan pesan agama secara ideologis. Para nabi dan rasul berjuang mati-matian dalam upaya menyebarkan ajaran Tuhan untuk menyiapkan berdirinya sistem pemerintahan ilahi yang ideal sebagai tatanan masyarakat yang bisa diterima oleh akal-akal manusia yang tercerahkan.

 

Nabi sebagai pengelola, khalifah, dan penebar rahmat Tuhan bagi seluruh alam, memiliki peran utama dalam kehidupan. Mereka tidak berpikir sesaat demi tujuan dan misi ilahi, tapi dengan kesabaran peran satu nabi dan nabi lainnya saling terkait satu dan lainnya demi meraih keberhasilan mewujudkan sistem pemerintahan ilahi. Begitu susahnya mereka dalam tugas-tugas mulia itu sebagai amanah dari Tuhan, hingga pada tahapan tertentu, mereka akan berkorban dan mengorbankan diri serta keluarganya, saudara dan para sahabat. Tidak sedikit dari mereka dalam hal ini mengambil posisi untuk melawan (bertahan) jika keselamatan nyawa mereka terancam.

 

Mari kita teladani sikap dan perilaku mereka dalam menyebarkan nilai-nilai ilahi. Tuhan berfirman dalam Al Kitab,

 

“Sesungguhnya telah ada pada diri rasul itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir (kiamat) dan dia banyak menyebut Allah”, – Surah Al Ahzab (QS 33:21) –

 

Memang kita tidak mungkin bisa menjadi nabi, karena kenabian telah sempurna dan ditutup dengan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW. Tapi untuk mencontoh perilaku mereka dan meraih makam (maqom) seperti mereka masih terbuka bagi siapa saja yang ingin menaikkan derajatnya di hadapan Tuhan. Rasulullah Muhammad SAW sebagai penebar rahmat Tuhan seperti termaktub dalam surah Al Anbiya (QS 21:107),

 

“Dan tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam.”

 

Maka itu, jika kita mampu menebarkan rahmat Tuhan seperti baginda Nabi  muhammad SAW maka tidak menutup kemungkinan fungsi fungsi kenabian itu menjadi tanggung jawab kita. Dan dalam agama, mereka disebut dengan ulama sebagai pewaris kenabian. Namun begitu walau bukan sebagai ulama, peran keulamaan bisa kita lakukan demi mencapai cita cita bersama yaitu menegakkan keadilan di bumi ini.

Pos terkait

banner 468x60