Sebagai upaya untuk membekali santri dengan soft skill seni, TPQ AL-GHOFILIN, Talangsari, Jember menyelenggarakan Lomba Drama untuk para santri, Sabtu malam (23/4). Lomba di TPQ yang dikelola oleh para cucu dari ulama kharismatik NU (alm) Kyai Ahmad Siddiq ini sudah berlangsung sejak tahun 2017.
Gus Jaddin, pengelola TPQ Al-Ghofilin, menjelaskan bahwa bekal kreativitas seni drama ini diharapkan bisa memperkaya jalan dakwah para santri di masyarakat.
“Berdakwah kalau menggunakan instrumen seni itu terasa lebih indah dan lebih mengena di masyarakat, tidak menjenuhkan. Biar ummat mendapatkan asupan gizi agama yang menentramkan dan membahagiakan batin,” tutur Gus Jaddin di sela-sela persiapan lomba.
Lebih jauh, Gus Jaddin menjelaskan bahwa dengan berlatih dan berlomba, para santri bisa mengembangkan potensi kreativitas seni. Kelak, kreativitas itu bisa bermanfaat bukan hanya dakwah, tetapi juga untuk kepentingan pekerjaan dan hidup bermasyarakat.
Lomba ini diikuti oleh enam kelompok yang terdiri atas gabungan santri, ustaz, dan ustazah. Tema pertunjukan yang mereka angkat cukup beragam dari soal keutamaan menuntut ilmu, jihad, hingga tipu daya setan yang sangat cerdas. Keragaman tema tersebut menunjukkan bahwa para santri memiliki kecerdasan dan nalar kreatif untuk membawa ajaran agama dan persoalan kehidupan ke atas panggung.
Untuk memberikan penilaian yang mengedepankan kapasitas kreatif setiap penampil, panitia mengundang beberapa juri lintas institusi. Mereka antara lain Cacuk (Royal Actor Jember), Didit (BKN Jember), Ninin (Sanggar Seni Hastarini), Kodrat (UKM Kesenian UNEJ), Eko Suwargono (DeKaJe), Ikwan Setiawan (FIB UNEJ), dan Deddy Endarto (pemerhati sejarah dan budaya).
Selaku dewan juri, Eko Suwargono mengapresiasi karya drama para penampil.
“Dalam hal tema, para penampil cukup berani dan kritis. Yang perlu diperbaiki lagi adalah teknik-teknik teatrikal agar pertunjukan lebih enak untuk dinikmati. Namun, secara umum, kita perlu mengapresiasi acara ini karena mampu mengajarkan cara berdakwah dengan pendekatan kultural,” papar Eko Suwargono.
Ratusan penonton yang terdiri dari anak-anak, orang tua santri, dan warga Talangsari larut dalam setiap penampilan. Tidak jarang mereka tertawa ketika para aktor menampilkan adegan lucu. Suasana ini menunjukkan bahwa ajaran-ajaran agama bisa membuat ummat bergembira dan bahagia asalkan dikemas dalam dakwah kreatif.