Mengenal Insomnia, Gejala, Penyebab dan Mengatasinya

Tidur merupakan suatu kebutuhan dasar yang sangat penting untuk kesehatan setiap makhluk. Pada saat tidur terjadi suatu mekanisme perbaikan tubuh yang fungsinya untuk mempertahankan energi dan kesehatan.

Salah satu gangguan tidur yang sering terjadi dan ditemukan adalah Insomnia. Kondisi ini jika terjadi terus menerus dapat mengganggu kesehatan dan kualitas hidup seseorang.

Bacaan Lainnya

Apakah itu Insomnia?

Insomnia sendiri adalah kesulitan dalam memulai, mempertahankan tidur, merasa tidak fresh pada waktu bangun dan mengalami kualitas tidur yang buruk.

Gejala dari insomnia yang dirasakan adalah kesulitan untuk memulai, mempertahankan tidur, dan tidak dapat memperbaiki tidur selama sekurangnya satu bulan. Penderita merasakan waktu tidur yang kurang, mudah terbangun saat malam hari, bangun pagi lebih awal, rasa mengantuk yang dirasakan sepanjang hari dan sering tertidur sejenak. Insomnia juga dapat dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan lama terjadinya, yaitu :

  1. Transient insomnia atau insomnia sekilas Insomnia jenis ini adalah Kesulitan tidur karena stressor yang hanya berlangsung 2 sampai 3 hari atau kurang dari 2 minggu, misalnya pada perjaanan dengan kapal terbang.
  2. Shortterm insomnia atau insomnia jangka pendek. Insomnia ini berhubungan dengan kecemasan, dan juga berhubungan dengan stress situasional, misalnya pada keadaan akan menghadapi ujian atau wawancara, keadaan duka cita, atau semua perubahan dalam kehidupan. Insomnia berlangsung 2 hingga 3 minggu.
  3. Longterm insomnia atau insomnia jangka panjang. Insomnia jenis ini merupakan insomnia kronis yang biasanya disebabkan oleh kondisi medis atau psikiatri tertentu. Insomnia ini terjadi lebih dari 3 minggu.

Faktor Penyebab Insomnia

Ada beberapa faktor penyebab yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan tidur insomnia, yaitu :

1. Usia

Pada orang-orang usia lanjut dilaporkan lebih sering mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan tidur. Keadaan ini terjadi karena adanya perubahan yang berhubungan dengan penuaan pada mekanisme otak yang meregulasi waktu dan durasi tidur tersebut.

Kebutuhan tidur akan semakin berkurang dengan bertambahnya usia seseorang. Pada usia 12 tahun kebutuhan tidur adalah sembilan jam, berkurang menjadi delapan jam pada usia 20 tahun, lalu tujuh jam pada usia 40 tahun, enam setengah jam pada usia 60 tahun dan pada usia 80 tahun menjadi hanya enam jam.

2. Jenis kelamin

Resiko insomnia ditemukan lebih tinggi terjadi pada wanita daripada laki-laki. Hal ini berhubungan secara tidak langsung dengan faktor hormonal, yaitu saat seseorang mengalami kondisi psikologis dan merasa cemas, gelisah ataupun saat emosi tidak dapat dikontrol akan dapat menyebabkan
hormon estrogen menurun, hal ini bisa menjadi salah satu faktor meningkatnya gangguan tidur.

3. Kondisi medis dan psikologis

Insomnia bisa terjadi karena adanya kondisi medis yang dialami, seperti penyalahgunaan zat toksik seperti alkohol, nikotin, efek putus zat, kondisi yang menyakitkan atau tidak menyenangkan dan bisa juga karena adanya kondisi psikiatri, seperti kecemasan ataupun adanya depresi.

4. Faktor Lingkungan dan Sosial

Kehidupan sosial dan lingkungan sehari-hari juga dapat menyebabkan insomnia, seperti
pensiunan dan perubahan pola sosial, kematian dari pasangan hidup, suasana kamar tidur yang tidak nyaman dan adanya perasaan-perasaan negatif dari lansia itu sendiri.

Dampak Insomnia

Ada beberapa perubahan yang dapat timbul yang diakibatkan oleh insomnia, antara lain sebagai berikut :

1. Fisik

Insomnia yang diakibatkan oleh stress menyebabkan korteks kelenjar adrenal melepaskan hormone kortisol. Kadar kortisol yang tinggi akan menyebabkan gangguan pada fisik seperti nyeri otot, rasa lelah dan sebagainya.

2. Psikologis

Efek psikologis dari insomnia dapat menyebabkan gangguan memori, gangguan konsentrasi, kehilangan motivasi, depresi dan sebagainya. Efek psikologis adalah efek yang paling terlihat yang ditimbulkan oleh insomnia.

3. Sosial

Keadaan yang berkepanjangan dapat menyebabkan penderita terganggu dalam menjalankan kehiduan sosialnya sehari-hari, yaitu menurunnya kualitas hidup, hubungan social, produktivitas pada lingkungan kerja dan keselamatan diri serta dapat menyebabkan tubuh terasa lemah, letih
dan lesu akibat tidur yang tidak lelap.

Penatalaksanaan Insomnia

Ada beberapa cara untuk menangani insomnia, sebelum menggunakan obat-obatan. Berikut ini adalah
penjelasannya:

1. Teknik deconditioning

Teknik ini mencoba melatih seseorang untuk menggunakan tempat tidurnya hanya untuk tidur dan bukan untuk hal-hal lainnya, bila tidak tertidur dalam 5 menit, segera bangun dan melakukan hal lain. Terkadang, berganti tempat atau ruangan tidur juga membantu bagi seseorang

2. Edukasi tentang sleep hygiene

Dengan menggunakan terapi kontrol stimulus sebagai berikut :

  • Menjaga waktu tidur dan terbangun agar konstan, bahkan saat hari libur
  • Saat sudah di tempat tidur hentikanlah kegiatan menonton tv, membaca buku atau bekerja.
  • Hindari tidur siang.
  • Berolahraga secara rutin (3-4 kali per minggu), namun hindari berolahraga di sore hari bila mengganggu waktu tidur nantinya.
  • Hentikan atau kurangi mengkonsumsi alkohol, kafein, rokok dan substansi lain yang dapat mengganggu tidur.
  • Sebelum tidur lakukan aktifitas yang dapat menenangkan.
  • Aturlah agar ruangan tempat tidur terasa nyaman dan tenang

3. Terapi farmakologi

Prinsip dasar pengobatan insomnia yaitu jangan menggunakan golongan obat-obatan sebagai satu-satunya terapi. Penatalaksanaan harus dikombinasikan dengan terapi non farmakologi, untuk menghindari efek samping obat seerti mual muntah dan efek ketergantungan.

Pos terkait

banner 468x60