Ngeluthik Adalah New Normal

Ini pengalaman pribadi. Namanya “ngeluthik” dalam bahasa Jawa. Mungkin artinya tidak bisa diam. Muasalnya juga unik. Cobalah ikuti urutan ceritanya ini.

Pandemi datang. Virus Covid-19 mengancam keselamatan kita. Begitu banyak penderitaan. Juga kematian. Lalu tubuh kita divaksin. Cara hidup kita pun diatur dengan protokol kesehatan yang ketat. Di ujungnya kita dikenalkan istilah kenormalan baru (new normal). Intinya, hidup berdampingan dengan virus yang bahaya menjadi cara hidup kita yang baru.

Kenormalan baru buat saya punya makna berbeda. Alhamdulillah saya tetap sehat walafiat di jaman pandemi. Tapi ekonomi bisa saja jauh dari sehat. Kehangatan berkawan juga berkurang. La wong untuk ketemu saja dibatasi. Tinggal di rumah untuk waktu lama jadi kebiasaan baru. Jadilah badan terkurung, terisolasi. Beruntung pikiran tetap lepas, bebas merdeka. Terus ada pertanyaan menggantung. Merdeka buat apa?

Merdeka adalah ngeluthik! Ketemu juga akhirnya buat apa punya pikiran merdeka. Titik pertamanya adalah ini. If everything begins from home? apa yang bisa dibikin dari rumah? Atau, ada sesuatu yang bisa dibikin dan bermanfaat buat kegiatan di rumah. Berhubung saya orang praktis, awalnya sulit juga mengawali. Tapi saya berusaha mengikuti gaya berpikir dalam film kartun Avatar. Apa yang bisa dimanfaatkan dari air, angin, matahari dan gelombang laut.

Jawabannya ketemu juga! Kenapa tidak mencoba ngeluthik bikin alat yang bisa menghasilkan energi listrik. Bismillah. Saya ngeluthik beneran akhirnya. Ayo rek, kita bikin pembangkit listrik skala rumahan. Teringat cahaya matahari berlimpah di atas rumah. Maka, kepada tenaga matahari harapan meninggi. Rancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tiba-tiba muncul di pikiran. Tidak butuh biaya besar untuk membikinnya. Komponen yang diperlukan juga mudah didapat.

Cerita berikut mungkin agak teknis. Para pembaca yang budiman harap bersabar. Butuh waktu lama untuk ngeluthik bikin PLTS skala rumahan ini. Tapi jangan khawatir. Moga-moga tiga paragraf saja sudah kelar diceritakan.

Ada tiga komponen dasar membuat PLTS skala rumahan ini. Diantaranya adalah Solar Cell atau Panel Surya, SCC (Solar Charge Controller) dan Accu atau baterai. Jika diperlukan alat menghidupkan listrik dari PLN bisa ditambahkan inverter.

Arus listrik PLTS skala rumahan ini adalah arus searah (DC), bukan arus bolak-balik (AC) seperti listrik PLN. Inverter berfungsi mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik. Nah, terbayang sudah apa saja peralatan dalam rumah yang menggunakan arus bolak-balik. Ada lampu, kulkas, pompa air, kipas agin, magic com dan banyak lagi. Makin semangat aja ngeluthik bikin listrik.

Gambar PLTS. (Sumber Foto : Penulis)

 

 

 

 

 

Kembali ke laptop. Kembali ke PLTS skala rumahan. Masing-masing komponen PLTS mempunyai fungsi khusus. Solar Panel berfungsi menangkap sinar matahari dan mengubah menjadi arus listrik searah. Solar Charger Controller mengatur dan menstabilkan arus listrik dari Solar Panel. Alat ini juga berfungsi menyalurkan arus listrik ke baterai. Accu atau baterai menyimpan arus atau setrum dan digunakan untuk menghidupkan peralatan listrik.

Sampai di tahap ini, separoh dari pekerjaan sudah rampung. Tinggal mikirin bagaimana menyambungkan antar komponen PLTS kita agar berfungsi. Pada Solar Charge Controller ada enam lobang yang siap disambungkan. Pertama, disambungkan dengan dua lobang plus dan minus dari Panel Surya. Kedua, disambungkan dengan dua lobang plus dan minus pada Accu atau Baterai. Ketiga, disambungkan pada dua lobang plus dan minus ke beban yang kecil, seperti Lampu Watt kecil, nge-charge HP dan lain-lain.

Selanjutnya, ini langkah pertama. Sambungkan ke baterai baru berikutnya sambungkan kepada Solar Panel. Sebaliknya bila melepaskan sambungan, lakukan dari solar panel terlebih dahulu. Baru kemudian lepaskan sambungan yang ke baterai. Awas jangan terbalik ya!

Apabila semua sudah tersambung dengan benar maka listrik sudah bisa digunakan. Tapi ini masih untuk peralatan listrik DC. Jangan lupa, untuk menyalakan peralatan listrik AC mesti disambungkan lagi dari baterai ke inverter dulu, baru ke peralatan listrik AC.

Itulah hasil ngelithik sejak pandemi Covid-19 merubah cara hidup kita. Kadang sambil berseloroh saya bilang ke kawan-kawan: “Ngeluthik adalah new normal”. Hasil ngelithik itu juga sudah saya nikmati.

Rumah yang diterangi listrik dari PLTS. (Sumber foto : Penulis)

Anda pingin tahu hasilnya? PLTS skala rumahan yang saya buat ini bermanfaat sekali. Dengan menggunakan PLTS ini saya bisa menyalakan lampu selama 16 bulan terakhir. Tentu saja ini semua cukup untuk menghemat biaya listrik. Setidaknya bisa menghemat Rp 150 ribu per bulan.

Sejujurnya, saya hanya mampu membeli panel Surya sebesar 100 WP (Watt Pick). Itu sudah cukup untuk menerangi rumah kami. Empat buah lampu 15 Watt bisa menyala tanpa putus selama 12 jam. Jadi apabila ada giliran lampu PLN mati, maka tetangga heran kok lampu nya tetap menyala. Mereka tidak tahu kalau yang menyala adalah lampu DC hasil dari energi matahari.

Ini saya lagi mikirin mau ngeluthik yang lain lagi. Di jaman pandemi ini ngeluthik adalah kenormalan baru!

Pos terkait

banner 468x60