Kepada wartawan yang men-door stop, Jakarta, 8/9/2025, Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi mengatakan untuk lebih mempercepat kawasan transmigrasi menjadi pusat pertumbuhan dan memajukan produk unggulan lokal, Kementerian Transmigrasi akan mengirim transmigran yang memiliki kualifikasi yang bagus.
“Mereka transmigran berpendidikan S2 dan S3 sebanyak 1.000 orang”, ujarnya.Transmigran diambil dari berbagai perguruan tinggi seperti UGM, ITB, UI, IPB, Universitas Padjadjaran, Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), dan beberapa perguruan tinggi di daerah melalui beasiswa Transmigrasi Patriot.
“Setelah lulus Program S2 dan S3 di berbagai perguruan tinggi dalam negeri dan luar negeri, selanjutnya mereka akan dikirim ke berbagai kawasan transmigrasi”, ujarnya. “Selama beberapa tahun mereka akan menetap di sana untuk mengembangkan kawasan tersebut dalam segala potensi, baik ekonomi, budaya, dan sosial”, tambahnya.
Sebelum meluncurkan Program Transmigrasi Patriot Tahun 2026, kementerian yang beralamat di Kalibata, Jakarta, itu mengirim Tim Ekspedisi Patriot sebanyak 2.000 Peneliti. Tim ekspedisi sebanyak itu direkrut dari berbagai perguruan tinggi di atas. Mereka terdiri dari 42 guru besar, 358 doktor, 846 sarjana dan magister, dan 754 mahasiswa. “Mereka disebar ke 154 kawasan transmigrasi di seluruh Indonesia”, ujarnya. “Di sana mereka melakukan penelitian dan riset berbagai potensi yang ada di kawasan”, tambahnya.
Hasil riset dan penelitian dari para peneliti yang dilepas pada Agustus hingga berakhir pada Desember 2025 itu akan dijadikan rekomendasi bagi transmigran patriot untuk mengembangkan kawasan transmigrasi. “Dari hasil penelitian tim ekspedisi dan direalisasikan oleh transmigran patriot kita harap kawasan transmigrasi menjadi kawasan yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang eskalatif, cepat, kompetitif, dan bisa mengembangkan potensi produk lokal yang berorientasi ekspor”, harap pria yang juga menjadi Wakil Ketua Umum PAN itu.
Ditambahkan saat ini Kementerian Transmigrasi memiliki paradigma baru. Dulu transmigrasi dilakukan secara sentralistik dan top down. Saat ini dilakukan secara desentralistik dan bottom up.
“Pemerintah daerah yang membutuhkan transmigran bisa mengajukan ke Kementerian Transmigrasi selanjutnya akan dihubungkan ke daerah yang mau mengirim transmigran”, ujarnya. Pemerintah daerah yang membutuhkan transmigran, ia harus menyediakan lahan untuk kawasan transmigrasi.
Disebut banyak pemerintah kabupaten yang membutuhkan transmigran meski demikian ditegaskan oleh Viva Yoga bahwa transmigrasi saat ini orientasinya bukan lagi sekadar memindahkan penduduk namun mengembangkan potensi ekonomi.