Kawan, mari kita maknai dan renungkan bersama sejenak pesan dari hadis di bawah ini:
“Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia celaka. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia merugi. Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia beruntung.”
“Sesungguhnya amal itu terletak pada hasil akhirnya.”
(Al Hadits)
Nukilan hadis tersebut di atas sebenarnya telah menampar kondisi dan posisi kita saat ini, bagaimana tidak, karena sebagian besar kita sudah dipastikan dalam kondisi tidak jauh lebih baik dari hari kemarin sepanjang hidup yang telah kita jalani.
Beruntunglah masih ada sebagian dari kita yang sudah melakukan pengembangan diri, secara tekun dan telah menemukan jati dirinya.
Perlu kita memahami siapa diri kita, jika tidak untuk apa kita hidup? Hidup tanpa tujuan dan tidak punya target, serta impian yang luhur untuk direalisasikan, maka hidup kita tanpa makna baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Maka, mulai sekarang kita tanya diri kita sendiri :
Sudahkah kita menemukan jati diri kita sendiri? atau masih dalam pencarian jati diri?
Siapa aku?
Dari mana aku?
Dan hendak ke mana aku?
Pertanyaan tersebut sepertinya sederhana tetapi memerlukan pemikiran yang mendalam untuk mengetahui jawabannya. Kita tidak bisa memungkiri khususnya yang terjadi dalam kehidupan generasi muda milenial semasa kuliah ataupun baru lepas dari masa kuliah, masih banyak yang kebingungan dalam menentukan arah tujuan yang akan dicapai, sehingga apa yang terjadi pada mereka, “Jalani saja kehidupan ini”.
Bagaimana hidup bisa bermakna, sementara kita belum mampu mengenal diri kita sendiri dengan arah tujuan yang kita inginkan.
Bergantung dan berserah diri pada ketentuan Allah SWT yang telah menakdirkan dan menciptakan kita sudah barang tentu itu semuanya pada akhirnya kita wajib mempercayai dan bertakwa secara totalitas kepada-Nya, tetapi ingat, “Allah SWT tidak akan merubah nasib kita, kalau kita tidak berikhtiar sendiri untuk mengubah lebih baik”.
Berserah diri tanpa ada keinginan berusaha dan bekerja keras adalah sama dengan menzalimi diri kita sendiri. Di sinilah kita wajib berikhtiar menggali bakat/potensi diri kita sebagai, ‘Titian untuk meraih Sukses’, memiliki harga diri, kedudukan dan kemampuan yang lebih dibanding kebanyakan manusia lainnya, dengan tidak melupakan ibadah sebagai tugas dan tujuan hidup di bumi, yang selalu mengabdi kepada Allah SWT dan memakmurkan bumi.
Kata kuncinya adalah manajemen waktu, yang harus di berlakukan atas tindakan diri kita sendiri dengan ikhlas dan ketekunan yang tinggi, karena istiqomah dengan ketekunan yang tinggi adalah buah dari keyakinan dan harapan menuju sukses.
Penulis: Suparman