Mengingat Perjanjian Roem-Royen: Perjanjian Kemenangan Indonesia

  • Whatsapp

Pada 7 Mei 1949, tepat 75 Tahun lalu ditandatanganilah Perjanjian Roem-Royen, sebuah kesepakatan penting antara Republik Indonesia dengan Belanda yang menetapkan dasar bagi kedaulatan Indonesia setelah bertahun-tahun perjuangan. Perjanjian ini tidak hanya menandai akhir dari Perang Kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda, tetapi juga menetapkan landasan bagi hubungan diplomatik antara kedua negara.

Perjanjian Roem-Royen terjadi setelah serangkaian peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Pasca Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia berjuang untuk mengamankan kedaulatannya dari upaya kolonialisme kembali oleh Belanda. Kita mengenal peristiwa ini dengan sebutan Agresi Militer Belanda 1 & 2 (1947-1949)

Isi dari Perjanjian Roem Royen merupakan pernyataan damai dari kedua belah pihak. Berikut isi Perjanjian Roem Royen.

Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan:

1. Mengeluarkan perintah kepada “pengikut Republik yang bersenjata” untuk menghentikan perang gerilya.

2. Bekerja sama mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan.

3. Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, dengan maksud untuk mempercepat “penyerahan” kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat.

Delegasi Belanda menyatakan kesediaan:

1. Menyetujui kembalinya Pemerintahan RI ke Yogyakarta.

2. Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik.

3. Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember 1948, dan tidak akan meluaskan negara atau daerah dengan merugikan Republik.

4. Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari NIS (Negara Indonesia Serikat).

5. Berusaha dengan sesungguh-sugguhnya supaya KMB segera diadakan sesudah pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta.

 

Asal-usul penamaan perjanjian Roem Royen 

Perjanjian Roem-Royen dinamai berdasarkan dua tokoh utama yang mewakili masing-masing pihak dalam perundingan tersebut.

1. Mohammad Roem

Dia adalah diplomat Indonesia yang menjadi perwakilan dari Republik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda. Mohammad Roem memainkan peran kunci dalam perundingan ini dan menjadi salah satu arsitek penting di balik kesepakatan yang dicapai.

Roem terlibat dalam pergerakan nasionalis Indonesia sejak awal. Dia menjadi anggota Perhimpunan Indonesia (PI) dan kemudian aktif dalam gerakan Sarekat Islam. Aktivisme politiknya membawanya ke berbagai peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Berbagai pengalaman itulah yang membuat M. Roem didapuk sebagai tokoh perwakilan dalam perjanjian dengan Belanda, dan pada akhirnya memperoleh kemenangan untuk Indonesia.

2. Willem Schermerhorn (atau Roelof W. F. “Roef” Royaards)

Dia adalah diplomat Belanda yang menjadi perwakilan dari pihak Belanda dalam perundingan tersebut. Nama belakangnya, “Royaards”, sering disebut sebagai “Royen” dalam konteks perjanjian ini.

Karena kedua tokoh ini adalah perwakilan utama dari masing-masing negara yang terlibat dalam perundingan, maka perjanjian tersebut dinamakan sesuai dengan nama mereka, yaitu Perjanjian Roem-Royen.

Pos terkait