Pantai Dampar Lumajang, Mutiara Terlupakan

Lumajang adalah salah satu daerah yang ada di Jawa Timur dengan segudang potensi wisata alamnya. Mulai dari wisata Gunung Semeru, Ranu atau danau-danau, Air Terjun, dan Pantai. Kali ini penulis akan membahas salah satu wisata Pantai yang ada di Kabupaten Lumajang, khalayak umum menyebutnya mutiara yang terlupakan. Ada hal yang perlu ditelisik lebih dalam, kenapa banyak orang menyebut pantai ini dengan sebutan Mutiara yang terlupakan.

Pantai yang penulis maksud adalah Pantai Dampar. Pantai Dampar sendiri terletak di Dusun Dampar, Desa Bades, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang. Pantai ini memiliki ciri khas sendiri dari pada pantai lain yang ada di Lumajang. Pemandangan dari bentang tebing setinggi 20 meter yang ada di bibir pantai ini yang juga menyambung dengan adanya rawa menjadi kekhaskan yang di miliki Pantai Dampar. Di sisi lain pasir yang ada di Pantai ini juga mempunyai warna hitam dengan kilauan partikel besi kecil-kecil ketika di siang hari.

Selain itu, Pantai Dampar juga bisa dijadikan spot berburu sunset ketika cuaca sedang bersabahat. Namun perlu diketahui, baiknya penghunjung tidak mandi terlalu jauh dari bibir pantai karena Pantai Dampar mempunyai ombak yang cukup besar. Masih banyak lagi hal-hal yang ditawarkan pantai yang langsung menghadap Samudera Hindia ini, mari kita kembali ke consen utama kenapa Pantai Dampar disebut sebagai Mutiara yang terlupakan.

Tidak heran kenapa Pantai Dampar disebut sebagai Mutiara yang terlupakan. Sejauh penulis amati baik dari Pemerintah Desa setempat ataupun pihak Pemrintah Kabupaten yang pertama kurang melakukan branding di kanca regional Jawa Timur maupun Nasional terkait keberadaan Pantai ini tadi. Kedua, akses yang jauh dari kota Lumajang dan akses jalan yang sulit juga menjadi penyebab kian tahun Pantai ini sepi pengunjung. Bahkan sempat penulis temui warga asli Desa Bades berbeda dusun yang tidak mau disebut identitasnya mengatakan, keenggannya untuk berkunjung ke Pantai Dampar. Alasannya sederhana, akses jalan yang rusak menjadi penyebabnya. Ketiga, matinya organisasi pemuda desa semacam Karang Taruna sebagai ujung tombak pengelolaan destinasi wisata di desa Bades tersebut. Dampaknya per hari ini, apa yang dikatakan Khalayak umum mengenai Mutiara yang terlupakan adalah benar adanya.

Padahal, jika berbagai macam stakeholder ikut intervensi pengelolaan dengan menerapkan sistem manajemen yang baik. Penulis berkeyakinan Pantai ini bisa on going destinasi wisata nasional. Apalagi hal itu ditunjang ikut kontribusinya pemuda desa sebagai pengelolannya. Hal demikan akan membangun simbiotik yang makin elok. Tapi lain hal jika hanya pemudanya saja yang semangat membangun tidak di support baik dari Pemerintah Desa ataupun Pemerintah Kabupaten.

Banyak kebermanfaatan yang akan didapat, khususnya warga lokal yang tinggal di daerah Pantai Dampar. Bilamana Pantai ini ramai pengunjung maka UMKM yang dimiliki warga juga ikut terangkat. Belum lagi rumah-rumah warga yang dijadikan homestay untuk wisatawan yang ingin bermalam di Pantai Dampar.

Semoga dengan adanya tulisan ini, bisa membuka mata berbagai pihak untuk ikut andil dalam proses pembangunan wisata alam Pantai Dampar tersebut. Penulis juga berpesan pentingnya terkait pengelolaan sampah, mengapa jika hal ini dipandang sebelah mata. Tidak hanya stigma Mutiara yang terlupakan ini saja yang melekat, tetapi akan muncul stigma baru sebagai Pantai yang kotor. Dan juga banyak jalan menuju roma, banyak cara pula untuk optimis Pantai Dampar mendunia.

Pos terkait

banner 468x60