Pengembangan Kawasan Watangan Lojejer Melalui Jalan Kebudayaan

  • Whatsapp
Anies Leo Lintang sedang melakukan happening arts di depan Gua Marjan. (Sumber Foto: Ikhwan Setiawan)

Pemerintah Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jember (DeKaJe) dan Pusat Kajian Pemajuan Kebudayaan (Pusakajaya-UNEJ) kembali menggelar Krida Sinatria Bhumi Watangan. Kegiatan yang telah memasuki tahun ketiga ini mengusung tema “Menjaga Lingkungan Melalui Jalan Kebudayaan”, melibatkan seniman, perangkat desa, dan masyarakat setempat.

 

Gunung Watangan merupakan benteng alam yang melindungi pemukiman warga dan lahan pertanian di Kecamatan Wuluhan dan Ambulu dari ancaman bencana alam, khususnya tsunami. Bukit ini berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia (Segara Kidul) dan menjadi habitat bagi berbagai tumbuhan serta satwa yang dilindungi sejak era kolonial.

 

Sebagai bagian dari acara Krida, kegiatan dibuka pada 16 November 2024 di kawasan Gua Marjan, salah satu gua purba yang pernah dihuni manusia prasejarah puluhan ribu tahun lalu. Acara pembukaan, yang dikenal sebagai Carita Ing Marjan, dimulai dengan Slametan Bhumi Watangan, sebuah ritual untuk mendoakan para leluhur yang berjasa membuka kawasan pemukiman, sekaligus memohon perlindungan dan kelancaran acara.

 

Sastra, Seni, dan Ekologi

Setelah ritual, peserta berkumpul di depan Gua Marjan untuk membaca puisi bertema lingkungan, melakukan happening art, dan berdiskusi tentang pengembangan kawasan Watangan. Puisi-puisi tersebut dibacakan oleh penggiat sastra dan pengurus DeKaJe.

 

Happening art yang memadukan melukis, berpuisi, dan tembang Jawa juga digelar oleh Anies Leo Lintang, penggiat seni dari Tempurejo yang pernah berguru langsung kepada W.S. Rendra. Dalam karyanya bertema “Kelahiran dan Ibu Bumi”, Anies mengajak masyarakat untuk menghormati lingkungan sebagai sumber kehidupan.

 

Koordinator Pusakajaya-UNEJ, Ikwan Setiawan, menyampaikan bahwa seni dan sastra menjadi media penting dalam membangun kesadaran ekologis. “Kerja budaya seperti ini menjadi alternatif kampanye kesadaran lingkungan di tengah krisis iklim. Tahun ini, kami hadirkan pembacaan puisi dan happening art untuk menguatkan wacana ekologis di Jember,” jelasnya.

 

Diskusi yang menghadirkan Kepala Desa Lojejer, Mohammad Sholeh, dan Ketua Umum DeKaJe, Eko Suwargono, membahas potensi pengembangan Watangan sebagai kawasan eko-kultural. Eko menjelaskan bahwa sejak era kolonial, kawasan Watangan memiliki nilai historis dan ekologis yang tinggi.

 

“Zaman Belanda, gua-gua Watangan diteliti karena ditemukan rangka manusia purba. Bahkan, Hayam Wuruk pernah singgah di Kucur, yang berhubungan dengan Watangan. Potensi ini bisa dikembangkan dengan tetap merawat alam melalui kerja-kerja kebudayaan,” ujar Eko.

 

Menurut Mohammad Sholeh, pengembangan Watangan juga harus berorientasi pada pemberdayaan ekonomi masyarakat.

“Kami telah merintis destinasi wisata Tangga Langit, tempat menikmati indahnya sunset. Pengelolaan ini melibatkan karang taruna. Selain itu, kami juga membudidayakan koro pedang dan anggur sebagai upaya meningkatkan ekonomi warga,” jelasnya.

 

Sholeh menambahkan bahwa pengembangan Watangan akan diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan desa.

“Kami ingin menjadikan Lojejer sebagai desa swasembada pangan, seiring dengan tantangan pangan global yang semakin serius.”

 

Selain Carita Ing Marjan, acara Krida juga menampilkan Gebyar Ing Lojejer, yang meliputi Arak-arakan Hasil Bumi, Pawai Obor, tari persembahan, dan pertunjukan wayang kulit oleh dalang Ki Eddy Siswanto. Acara ini disambut antusias oleh para seniman dan masyarakat.

 

“Saya mengikuti acara ini sejak 2022, dan komitmennya sangat luar biasa dalam melestarikan kesenian rakyat. Ini menjadi motivasi besar bagi seniman untuk terus mengembangkan budaya Jemberan,” kata Lipianto, seorang sutradara ludruk dari Ledokombo.

 

Dengan tema besar menjaga lingkungan melalui kebudayaan, Krida Sinatria Bhumi Watangan tidak hanya mengajak masyarakat untuk merawat kawasan benteng alam Watangan, tetapi juga membangkitkan semangat pelestarian budaya lokal sesuai amanah UU Pemajuan Kebudayaan.

Pos terkait