Sebanyak tujuh belas mahasiswa peserta program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) dari luar Jawa yang tengah kuliah di Universitas Jember berpartisipasi dalam ritual “Rokat Sumber” di Lingkungan Jambuan, Kelurahan Antirogo, Jember, Minggu sore, (11/9).
PMM merupakan program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menempuh maksimal dua puluh SKS di luar perguruan tinggi mereka. Selain mendapatkan pengetahuan dari para dosen UNEJ berdasarkan bidang keilmuan masing-masing, mahasiswa PMM setiap akhir pekan mendapatkan materi budaya Jemberan.
Hal itu sesuai dengan tujuan PMM yakni, mahasiswa diharapkan bisa meningkatkan wawasan kebangsaan, cinta tanah air, serta memiliki pemahaman tentang kebhinekaan dan toleransi. Selain itu mereka diharapkan bisa memahami keragaman budaya, suku bangsa, bahasa, dan berbagai potensi sumberdaya di daerah tempat mereka kuliah.
Maka, dengan berpartisipasi dalam “Rokat Sumber” para mahasiswa PMM UNEJ bisa belajar lebih memahami karakteristik dan keragaman budaya Jemberan, terutama yang berkaitan dengan keberlanjutan ekologis.
“Rokat Sumber” merupakan ritual untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas karunia berupa sumber air yang terus mengalir di wilayah Jambuan. Ritual dilaksanakan di salah satu sumber air di tepi sungai kecil dekat pemukiman warga yang sehari-hari digunakan warga untuk mandi.
Melalui ritual ini warga masyarakat diingatkan untuk terus menjaga kondisi lingkungan karena sumber air di Jambuan sangat bergantung kepadanya. Kalau rumpun bambu masih dijaga dan dipertahankan dengan baik, kemungkinan besar sumber air akan terus melimpah.
Para mahasiswa membaur bersama warga dengan riang gembira sembari membantu membawakan beberapa sesajen. Tanpa rasa canggung, mereka ikut turun ke pinggir sungai, mengikuti setiap tahapan ritual. Ini menandakan bahwa mereka benar-benar ingin merasakan atmosfer “Rokat Sumber” sekaligus mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana warga Jambuan mengekspresikan syukur dan berdoa kepada Tuhan terkait kemelimpahan air.
Dr. Eko Suwargono, dosen pendamping PMM UNEJ mengatakan kehadiran para mahasiswa merupakan salah satu cara untuk membawa langsung mereka ke tengah-tengah praktik budaya Madura.
“Penting kiranya mengajak mahasiswa dari luar Jawa untuk tahu bagaimana warga Madura di Jambuan berusaha membangun relasi harmonis dengan lingkungan alam yang telah memberi begitu banyak kepada manusia,” ungkapnya dalam diskusi bersama mahasiswa dan warga masyarakat selepas ritual.
Dalam diskusi, beberapa mahasiswa mengungkapkan kebahagiaan karena bisa bergabung dalam “Rokat Sumber.” Mereka juga bertutur tentang budaya lokal dari daerah masing-masing. Proses dialogis tersebut mendorong lahirnya transfer pengetahuan terkait budaya lokal di Indonesia.
Dalam pandangan Dr. Ikwan Setiawan, Koordinator Lingkar Kajian Ekokultural dan Pengembangan Komunitas (NiraEntas FIB-UNEJ), partisipasi para mahasiswa PMM UNEJ sangat penting untuk menyebarluaskan kesadaran ekologis melalui jalan kebudayaan.
“Setidaknya, kehadiran para mahasiswa bisa memahami bahwa gerakan ekologis untuk mempertahankan lingkungan alam sebagai ruang hidup manusia dan makhluk hidup lainya perlu terus dilakukan di banyak tempat di Indonesia karena ancaman eksploitasi hutan, gunung, dan laut untuk aneka investasi merupakan ancaman nyata,” tuturnya selepas acara diskusi.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Sumatra, Kalimantan, Nusatenggara, Sulawesi, Bali, Papua, Maluku, dan pulau-pulau lain di Indonesia mengalami masalah ekologis yang cukup serius, sepertihalnya yang dialami Jawa. Pilihan untuk terus melakukan kampanye ekologis dengan jalan kebudayaan merupakan alternatif yang bisa terus dilakukan karena masyarakat Indonesia memiliki banyak ekspresi kultural.