BUAT APA BERLAPAR LAPAR PUASA?

  • Whatsapp
Prof. Hairus Salikin (Dokumentasi Pribadi)

Judul tulisan ini merupakan cuplikan lirik lagu Bimbo yang berjudul ‘Ada Anak Bertanya pada Bapaknya” yang popular pada awal decade 1990 an. Lagu yang diciptakan Sam Bimbo dan penyair Taufiq Ismail ini memiliki lirik yang sederhana namun penuh makna. Pesan yang disampaikan mudah ditangkap serta mudah dicerna.

Sam Bimbo dan Taufiq Ismail memakai analogi seorang anak yang bertanya kepada bapaknya mengenai buat apa berlapar lapar puasa serta tadarus tarawih apalah gunanya. Tulisan pendek ini mencoba memberi makna pada pesan pertanyaan pertama yaitu terkait puasa.

Jawaban pertanyaan “untuk apa berlapar lapar puasa”, adalah bahwa “lapar mengajarmu rendah hati selalu”. Apa yang dikatakan oleh lagu tersebut adalah puasa bukan semata ibadah ritual saja tetapi harus berdampak sosial dalam kehidupan nyata yaitu rendah hati. Rendah hati inilah yang akan menimbulkan dampak positif bagi manusia di lingkungan apapun dan dimanapun kita berada.

Puasa Ramadan yang dilaksanakan umat Islam yang beriman merupakan ibadah yang sangat istimewa karena Allah mengatakan bahwa, “puasa itu untuk Ku dan Aku yang mengurus pahalanya“ (Hadist). Artinya ibadah puasa Ramadan langsung diminta untuk Allah, sementara semua ibadah yang lain untuk yang melaksanakan (untuk hambaNya).

Selain itu perintah puasa Ramadan juga tertuang dalam kitab suci Al Quran surah Al Baqarah (183). Dengan mengedepankan pikiran positif, dari sisi ritual kita seharusnya yakin bahwa puasa Ramadan yang kita kerjakan dengan penuh keimanan dan keikhlasan sudah sesuai dengan syarat rukun yang harus dipenuhi, sehingga Insyaallah, puasa kita diterima Allah SWT. Bagaimana dengan sisi yang lain yaitu sisi kemanusiaan, dampak sosial atau pesan moral yang harus tersampaikan kepada masyarakat di sekitar kita?

Seperti yang telah kita pahami bahwa setiap ajaran Islam selalu memiliki dua dimensi yang harus berjalan bersama-sama, seiring dan sejalin: dimensi ritual dan dimensi sosial (pesan moral). Dalam Al Quran dikatakan bahwa “mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah (dimensi ritual) dan tali (perjanjian) dengan manusia (dimensi sosial) (Q.S. 3:112). Bahkan dimensi yang kedua ini menjadi penentu baik buruknya kualitas dimensi ritual kita. Idealnya, umat Islam harus mampu merawat dua dimensi tersebut pada setiap langkah kehidupannya.

Marilah melihat kembali sejauh mana dimensi sosial atau pesan moral ibadah puasa dapat tersampaikan kepada sesama makhluk Allah. Ketika kita hanya mampu memenuhi syarat dan ketentuan puasa Ramadan secara ritual, tetapi tidak mampu menebarkan atau bahkan merusak pesan moral di tengah masyarakat, maka puasa kita hanyalah mendapatkan lapar dan dahaga. Begitulah yang dipesankan oleh Rasulullah SAW. Merawat dan menyebarkan pesan moral puasa Ramadan inilah yang sangat penting bagi kehidupan. Secara garis besar ada tiga pesan moral ibadah puasa Ramadan.

Pesan moral yang pertama adalah merawat kesabaran yaitu bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak pahala puasa. Bahkan andai kita diajak bertengkar atau kita diolok olok oleh orang lain, kita diminta tetap bersabar serta berkata “saya sedang berpuasa” (Hadist).

Latihan bersabar ini harus tetap kita jaga baik di saat bulan Ramadan maupun di luar bulan tersebut. Kita sabar menghadapi berbagai karakter tetangga, kerabat, serta sahabat. Pemimpin sabar menghadapi keberagaman (dalam arti luas) orang orang yang di bawah kepemimpinannya. Bawahan sabar menghadapi atasan yang terkadang tidak mau menerima masukan. Suami istri saling sabar menghadapi persoalan hidup. Orang tua sabar menghadapi putra putrinya yang sering agak sulit diarahkan. Anak anak sabar menghadapi orang tua yang kemauannya sering berbeda dengan kemauan anak. Bersabar bukan berarti pasrah tanpa usaha karena di dalam Islam sabar harus sejalan dengan usaha maksimal untuk mengatasi persoalan. Setelah usaha maksimal, hasilnya kita terima dengan penuh kesabaran.

Kejujuran adalah pesan moral kedua dalam ibadah puasa Ramadan. Saat bulan Ramadan, umat Islam betul-betul dididik untuk menjadi orang jujur. Tidak makan dan minum walau sedang sendirian, karena adanya keyakinan bahwa dirinya diawasi Allah yang Maha Mengetahui. Kita harus terus berusaha memelihara keyakinan bahwa semua yang kita kerjakan, baik yang tampak atau yang tidak tampak, bahkan yang baru berupa niat misalnya, pasti diketahui oleh Allah. Ketika keyakinan ini menghujam di hati, kejujuran akan menjadi pakaian indah kehidupan kita. Orang yang yakin bahwa dirinya selalu diawasi Tuhan, akan selalu memegang amanah yang dititipkan. Pesan Nabi “ hendaklah kamu selalu jujur karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa ke dalam surga” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pesan moral puasa Ramadan yang ketiga adalah tidak menyakiti sesama makhluk Allah SWT baik dengan perbuatan maupun perkataan. Puasa Ramadan mendidik kita untuk menghindari segala perbuatan yang tercela. Membiasakan diri untuk berbuat baik terhadap semua makhluk Allah. Mengendalikan “lisannya” supaya tidak mengeluarkan kata-kata yang kotor, tidak menyakiti orang lain dengan beragam kata yang tajam, atau menggunjing orang lain. Mengendalikan tangannya untuk tidak bergerak melakukan hal yang sia-sia. Menahan kakinya untuk tidak melangkah ke arah perbuatan yang tidak baik. Ketika kita tetap menyakiti makhluk Allah yang lain, baik dengan perkataan maupun perbuatan, ini merupakan pertanda bahwa puasa kita tidak sempurna atau bahkan ditolak Allah SWT.

Dengan mengoptimalkan pesan moral ibadah puasa, masyarakat tidak akan kehabisan orang-orang baik. Kesabaran, kejujuran, serta kasih sayang akan selalu menjadi pakaian kehidupan masyarakat. Maka dimanapun kita tinggal dan apapun profesi kita, dengan menebarkan pesan moral ibadah puasa kita akan menjadi pribadi yang selalu memancarkan kebajikan dan kebaikan. Itulah yang dimaksud oleh Rasulullah bahwa puasa adalah perisai (Hadist).

Perisai untuk dapat mengendalikan kemarahan, perisai untuk berbuat dan berkata jujur, perisai untuk tidak menyakiti sesama makhluk Allah, serta perisai untuk menjaga suara hati dari hal hal yang tidak baik. Itulah pesan moral ibadah puasa yang harus terus dipelihara dan disebarkan di tengah masyarakat sebagai jawaban pertanyan buat apa berlapar lapar puasa.

Pos terkait